Buku Harian Pengkhayal— 1

Chan
2 min readOct 27, 2020

Selamat datang!

Terima kasih saya ucapkan untuk kalian yang mau singgah pada buku harian khayalan yang mungkin tidak akan bisa diterka oleh nalar.

Ya, saya mempunyai riwayat gangguan jiwa.

Ya, saya masih menemui psikiater.

Ya, sampai saat ini saya masih berusaha untuk sembuh.

Oh, and, in case you are easily triggered by suicide ideation, suicide attempt, self-harm, abuse and etc please kindly back away from this diary.

(And this is not an actual diary. I mean, this is a diary in fiction clothing)

Splash!

Aku megap-megap seperti ikan, mencari oksigen untuk dihirup, tapi yang masuk melalui hidung adalah air yang sedikit keruh. Polanya adalah, lima detik ikan dan lima detik pesawat.

Setelah bosan bermain, raksasa itu membunuh matahari dan mengunci aku di tempat itu.

Gelap, dingin, dan basah.

Wanita berambut panjang merangkak dan berusaha menggoda. Aku takut. Di sana gelap tapi aku melihatnya dengan jelas. Aku menangis dan meraung, meminta untuk dibebaskan.

Pada akhirnya malaikat menyelamatkanku.

Tunggu, dia bukan malaikat. Dia tidak memiliki sayap putih dan halo di atas kepalanya. Bajunya lusuh dan wajahnya menyedihkan. Dia bidadari yang ditelantarkan.

“Maaf. Maaf. Maaf.”

Bidadari itu memelukku sambil menangis. Tak lama, ia terlibat pertikaian dengan raksasa.

Aku tidak peduli.

Sekarang aku berburu dinosaurus kecil yang merangkak di dinding. Aku sekali beruntung dan dapat memasukan makhluk itu ke dalam jar berisi air. Kupikir, jika aku hidup setelah tenggelam dalam air, maka begitu pun makhluk ini.

Namun, tidak sampai hitungan ke lima, makhluk itu mati.

Menjijikan.

Pertengkaran bidadari dan raksasa tidak berhenti, melainkan semakin rumit dan menyeramkan. Aku selalu membenci raksasa. Dia ganas, berisik, dan dia selalu menyakitiku.

Aku berdoa pada Tuhan, jika Tuhan itu ada.

Tolong bunuh raksasa itu.

--

--